Edisi 339, 11 Mei 2021
Ajukan pertanyaan berikut pada diri Anda: setiap harinya, apakah lebih banyak hal yang harus dilakukan atau yang ingin dilakukan? Dengan kata lain lebih banyak hal yang dengan berat hati dan terpaksa dilakukan atau pada umumnya berbagai aktivitas tersebut bisa dinikmati. Indikator lain yang bisa digunakan adalah: apakah kita bangun dengan berat hati membayangkan berbagai hal yang ‘terpaksa’ dilakukan atau kita bangun dengan semangat membayangkan variasi aktivitas yang bisa dilakukan pada hari tersebut.
Kita memerlukan jangkar kesenangan untuk bisa menikmati hari dan hidup. Bagi sebagian orang jangkar itu adalah jalan-jalan, bagi yang lain adalah makanan, bagi yang lain lagi adalah menonton, dan seterusnya. Memvariasikan aktivitas antara yang harus dan yang menyenangkan (yang ingin) merupakan cara untuk memperoleh semangat lebih ketika bangun pagi. Sayangnya, semakin terasa berat aktivitas penting yang harus dilakukan biasanya semakin banyak dan intens seseorang memerlukan jangkar kesenangan. Tidak heran ketika hari semakin berat, orang semakin sering lari ke aktivitas ngemil ataupun merokok, bermain games, dan lain sebagainya.
Karena itu solusi yang lebih tepat tentunya bukan dengan memperbanyak jangkar kesenangan. Karena jangkar kesenangan yang semakin banyak bisa berakibat buruk pada diri kita, psikis ataupun fisik. Solusi yang lebih tepat adalah menikmati aktivitas penting yang harus dilakukan.
Memperbanyak aktivitas penting yang bisa dinikmati, bagi sebagian orang terkesan sebagai dunia ideal yang tidak mungkin dicapai. Sebagian orang berasumsi yang namanya pekerjaan itu adalah kewajiban dan yang namanya kewajiban pasti tidak menyenangkan. Tetapi seorang yang berhasilmenikmati berbagai aktivitas penting sehari-hari,biasanya merencanakan dan mengupayakan hal tersebut sudah dari jauh hari. Dari berbagai keputusan yang dilakukanya dalam berbagai tahap penting kehidupan.
Mereka mendisain hidupnya dengan memahami dengan jernih apa yang ingin dicapai dalam hidupnya dan kemudian secara konsisten ‘memenangkan’ pilihan yang terkait dengan purpose, minat dan kemampuanya dan bukan menyerah pada saran atau bujukan orang lain, atau pada godaan kompensasi yang lebih baik.
Beberapa moment penting tersebut, misalnya adalah ketika memilih kuliah, ketika memilih pekerjaan dan ketika memilih profesi. Dengan demikian, bila saat ini, dari hari ke hari dia bisa mendapatkan berbagai jenis aktivitas yang lebih dekat dengan purpose, minat dan kemampuan, hal tersebut terjadi sebagai ‘buah’investasi yang sudah dilakukan jauh hari. MPD juga menyebut upaya tersebut sebagai keberhasilan untuk mengelola Flow of Productivity-nya.
Mereka yang tidak cukup mengenal dirinya sehingga tidak mendisain hari dengan tepat akan jatuh pada menggunakan banyak willpower untuk bisa memaksakan diri menjalani hari demi hari. Akibatnya tentu prestasi minimal, kelelahan yang sangat dan munculnya emosi negatif berupa kekecewaan, rasa bosan, dan lain-lain.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply