Awareness, Self Compassion & Self Disappointment

Awareness, Self Compassion & Self Disappointment

Edisi 316,  14 Juli 2020

Salah satu aspek penting dalam pengelolaan procrastination adalah kemampuan kita untuk menangkap kecenderungan procrastination itu pada saat kejadian.  Procrastination memang terjadi secara samar-samar.  Ketika menghadapi aktivitas yang berat dan sulit, kita kemudian melakukan procrastination untuk mendapatkan kesenangan saat ini.  Dari satu excuse ke excuse lainnya, akhirnya kita sendiri tidak sadar bahwa sudah berbagai alasan kita berikan pada diri kita untuk kegagalan dan kekecewaan yang terjadi.  Menangkap kecenderungan procrastination pada saat akan terjadi, merupakan salah satu kunci penting pengelolaannya.

Procrastination adalah sesuatu hal yang tergantung pada motif, bukan perilaku.  Beristirahat, misalnya, bisa procrastinate, bisa juga tidak, tergantung motifnya.  Hanya orang tersebut yang kemudian bisa mengetahui motif sebenarnya, apakah karena memang telah cukup lelah, sehingga perlu refresh, atau alasan yang dicari-cari saja: procrastinate

                Karenanya cara pertama untuk mengevaluasi procrastination adalah dengan mengembangkan kejujuran dan kesadaran akan motif kita ketika memilih suatu aktivitas.  Kesadaran penuh ini, disebut juga mindfullness,  sering ‘dibajak’ oleh berbagi hal, diantaranya emosi (kekhawatiran, harapan keuntungan yang besar, kemarahan, dan sebagainya) dan overwhelm (banyaknya hal yang perlu diselesaikan sehingga bingung mana yang harus didahulukan).  Karenanya membentuk self setting yang tepat, kondisi diri yang tenang merupakan faktor utama untuk keberadaan awareness tersebut.  Hanya dengan cara tersebut, kita bisa menjalankan awareness kita dan bisa ‘menangkap’ kecenderungan procrastination pada saat yang tepat. 

                Awareness yang baik akan membantu kita memahami apakah saya tengah memilih aktivitas B, bukan A (bila A adalah aktivitas yang penting), karena procrastination atau bukan.  Tidak ada yang salah kalau kadang-kadang kita melakukan procrastination, sebagai upaya untuk berbuat baik pada diri kita (self compassion), tetapi kalau kita sering melakukanya, sehingga menimbulkan berbagai kegagalan, maka yang muncul adalah rasa kecewa pada diri sendiri (self disappointment).

                Menyeimbangkan antara mengoptimalkan diri dan menyayangi diri merupakan sebuah seni tersendiri.  Indikator bahwa kita sudah melakukan itu dengan benar adalah rendahnya guilty feeling dan cukup puasnya kita dengan apa yang sudah dicapai.  Yang pasti, Self compassion lebih pas diberikan setelah bekerja keras, bukan sebelumnya.  Ibaratnya, kita tidak memberi hadiah pada anak pada saat dia lagi malas belajar.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

 

 

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?