Edisi 352, 9 November 2021
Ketidakjelasan tentunya tidak mengenakan. Ada orang dengan level toleransi yang rendah terhadap ketidakjelasan sehingga ia selalu berupaya menghindarinya dan ingin melakukan sesuatu yang lebih pasti dengan resiko yang kecil.
Bayangkan ketika kita mendengar proyek A, lalu kita tidak mempunyai bayangan tentang bagaimana mengerjakannya dan mendengar dari kolega bahwa proyek itu cukup sulit dan memerlukan koordinasi yang cukup merepotkan. Dengan informasi tersebut maka yang terbayangkan ketika kita ingin memulainya adalah ‘beratnya proyek tersebut’. Tidak heran bila kemudian competing activities-nya, aktivitas menyenangkan yang ada di depan mata menjadi lebih menarik: menonton dulu atau menelepon seseorang, dan seterusnya. Bahkan aktivitas yang biasanya tidak disukai menjadi menarik: merapikan meja kantor, membersihkan rumah, dan seterusnya.
Prokrastinasi dalam perspektif kegagalan mencapai tujuan salah satunya disebabkan oleh rendahnya toleransi kita dengan ketidakjelasan dan tekanan deadline. Karenanya penting untuk mem-break down projek dan aktivitas sehingga kita meningkatkan self efficacy, keyakinan bahwa kita dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik.
Dengan memecah tujuan dan aktivitas setiap kali kita merencanakan hari kita, kita mempunyai bayangan lebih kongkrit mengenai aktivitas yang perlu dilakukan hari ini terkait proyek tersebut. Misalnya kita membayangkan dalam hal Proyek A, kita hari ini perlu bertemu dengan pimpina proyek sebelumnya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai proyek tersebut dan potensi masalah yang ada. Sehingga ketika kita melihat agenda hari, bukan proyek A yang muncul, tetapi rapat dengan B, pimpinan proyek sebelumnya. Lebih jauh lagi, ketika memecah aktivitas, kita bisa mencoba melihatnya sebagai sesuatu yang menarik dan menantang. Emosi positif kita kaitkan denga proyek tersebut bukan yang negatif.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply