Edisi 321, 1 September 2020
Apa yang terjadi ketika seseorang menunggu mood untuk bisa berangkat kerja atau melakukan ibadah? Jawabannya sederhana, bisa jadi makin lama ia makin sering tidak masuk dan akhirnya diberhentikan dari pekerjaannya.
Pada sebagian tugas yang perlu dilakukan, kita tidak mengakses feeling kita. Kita hanya mengakses kognisi dan perilaku kita. Jam segini, saya perlu melakukan ini, maka gerakan kaki untuk kesini, lakukan ini, dan seterusnya. Selayaknya robot kita melakukan rangkaian tugas dengan baik. Solusi untuk just do it mengandalkan asumsi tersebut. Apakah ada yang salah dengan hal tersebut?
Coba kita lanjutkan contoh di atas. Bayangkan kalau kebanyakan orang bekerja meninggalkan afeksinya di rumah, tidak membawa keseluruhan dirinya ke tempat kerja. Apa yang akan terjadi di tempat kerja? Kita akan menemukan mahluk ‘separuh robot’ yang hanya menjalankan rutinitasnya, kurang kreatif, kurang berusaha, dan melakukan yang minimal saja. Para minimalis. Tidak selalu begitu, memang. Tetapi kenyataan bahwa kita menemukan hal tersebut pada sebagian tempat kerja, mengkonfirmasi hal tersebut.
Sementara itu, bila kita melihat titik ekstrim yang lain, seorang maestro seni, contohnya, paham bahwa ia perlu mempunyai strategi yang tepat untuk menggabungkan antara afeksi (minat, mood, keinginan) dengan kedisiplinan agar ia bisa menghasilkan karya luar biasa. Dengan kata lain, berdisiplin saja tidak cukup. Kita perlu bisa mengakses afeksi kita untuk bisa menemukan enerji dalam bekerja dengan optimal.
Bandingkan dua kondisi berikut. Seseorang yang menulis topik skrispi/tesis/disertasinya hanya berdasarkan apa yang menurut dia mudah diselesaikan. Dia tidak berminat dengan topiknya, bahkan secara umum dia tidak berhasil menemukan minatnya untuk kuliah di sana. Dia hanya mengakses kedisplinan dan mungkin juga ketakutan agar bisa memaksakan diri mengerjakannya.
Sepanjang tuntutan yang ada dari Pembimbing tidak terlalu tinggi, biasanya mahasiswi/a dengan disiplin yang baik seperti ini akan dengan mudah menyelesaikan tugasnya. Tetapi ketika demand yang ada tinggi, dan ia mengalami berbagai hambatan maka ia akan menghadapi bebagai tantangan untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Sementara itu, mereka yang berminat dengan topik tersebut, mempunyai motivasi intrinsik untuk terus menggali pemahaman dan mengkonstruksi pemikirannya, cenderung akan lebih bisa menikmati proses pembuatannya. Sehingga bisa didapat kualitas hasil yang lebih baik.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply