Edisi 187, 12 Desember 2017
Sejak mengikuti pelatihan tersebut, Dalia menjadi semangat lagi bekerja. Ia seperti ‘terlahir kembali’. Setiap malam sebelum tidur, ia selalu mempersiapkan DA nya dengan baik. Seperti sebuah rutinitas sakral setelah ia menunaikan sholat sunnahnya.
Keesokan harinya, ia akan bangun dengan semangat tinggi untuk dapat mengerjakan apa yang tertulis di DA tersebut. Menyilang aktivitas yang sudah selesai ia kerjakan merupakan sebuah kenikmatan tersendiri. Karenanya ia khusus menyiapkan kolom untuk memberi tanda silang di setiap aktivitas di dalam DA nya.
Prioritas yang lebih jelas dan semangat yang tinggi merupakan hal positif yang ia dapatkan dari kegiatan tersebut. Namun, kadang ia bingung ketika harus memilih aktivitas mana yang ia kerjakan saat ini, diantara berbagai aktivitas di DA tersebut. Aktivitas yang ini sudah ditanyakan Bos, tetapi ia merasa sebetulnya itu tidak terlalu penting. Aktivitas yang lain, penting tetapi sulit dan memakan waktu banyak. Dalam kondisi tersebut, ia seringkali memilih aktivitas yang singkat dan urgent saja, supaya dia bisa segera memberi tick pada pekerjaannya.
Pada akhir harinya, umumnya ia telah cukup puas dengan banyaknya item yang dia silang, tetapi tetap saja ia merasa DA itu tidak membantu ia untuk bisa mengelola aktivitasnya dengan lebih baik. Ia tetap merasa masih merasa overwhelm. Terlalu banyak aktivitas yang perlu ia lakukan setiap harinya.
Hal lain yang membuat bingung Dalia adalah mengenai bagaimana mengelola interupsi. Setiap kali ada interupsi yang datang, entah itu stafnya melaporkan ada masalah, atau koleganya meminta tolong sesuatu yang penting, sampai dengan atasannya yang menanyakan dia beberapa hal, ia selalu merasa terganggu dan kesal pada mereka karena telah menyebabkan DA nya tidak dapat ia selesaikan dengan baik.
Dalia merasa masih ada yang kurang dari pelatihannya tersebut.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply