Edisi 326, 10 November 2020
Task Aversiveness didefinisikan sebagai sebagai penolakan ataupun orientasi negatif terhadap tugas sehingga seseorang kesulitan untuk terlibat dengan tugas tersebut, dalam arti untuk mengerjakan tugas tersebut sampai selesai. Kondisi yang merupakan kebalikan dari Task Aversiveness dinamakan Task Engagement. Pada Task Engagement, seseorang tidak perlu benar-benar menyukai tugas tersebut, tetapi ia bisa mendekatinya secara strategis, menemukan cara untuk terlibat di dalamnya, dan menyelesaikannya dengan hasil yang memadai.
Kalau kita bayangkan satu garis kontinum -1, 0, 1, dimana Task Aversiveness berada di titik kiri (-1) dan Task Engagement di kanan (1). Maka pada -1, seseorang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut, bahkan ‘alergi’ ketika mendengar ada orang yang mengingatkannya. Di kanan titik 0 adalah titik penyelesaian, artinya seberapapun ia tidak sukanya, ia bisa menyelesaikan dalam batas waktu yang diperlukan. Titik 1 adalah ketika seseorang bisa menikmati mengerjakan tugas tersebut, sedemikian rupa sehingga enerji dan kreativitasnya bisa muncul untuk menghasilkan output optimal.
Ketika menghadapi tugas yang perlu diselesaikan namun karena satu dan lain hal kita mempunyai perasaan negatif terhadapnya: tidak suka, tidak minat, tidak merasa mampu, dan lain sebagainya, maka kita punya pilihan: memaksakan diri (mengkonsumsi willpower kita), menunda, mendelegasikan, atau mencari cara untuk mendekatinya secara strategis sehingga kita menggesernya dari aversiveness ke engagement.
Sebelum kita membahas mengenai pendekatan strategis dalam menggesernya, mari kita pahami dulu berbagai penyebab munculnya task aversiveness. Kita umumnya bisa memilah penyebab tersebut antara penyebab konten dan konteks.
Konten terkait aspek spesifik dari tugas itu yang mempunyai relasi negatif dengan kita, yang umumnya berarti tidak mampu dan tidak minat. Suatu tugas bisa terdiri atas berbagai komponen, seperti ada bagian yang terkait dengan hitungan, administrasi, berhubungan dengan orang lain dan sebagainya. Setiap orang bisa memiliki kecenderungan tidak suka akan satu jenis tugas tertentu.
Konteks terkait dengan faktor pemberi tugas, faktor organisasi, asosiasi yang muncul terkait tugas tersebut karena adanya pengalaman sebelumnya ataupun bayangan yang akan terjadi bila tugas telah selesai, dan lain sebagainya.
Solusi untuk mengatasi tugas tersebut tidak selalu dengan cara memperbaiki aspek negatif dalam relasi yang ada, bisa jadi kita menemukan cara lain untuk membuat tugas tersebut bisa bergerak ke sisi kanan, dari negatif ke positif, sehingga akhirnya kita bisa menyelesaikannya. Kita misalkan, seseorang tidak berminat untuk menyelesaikan suatu tugas karena ia tengah konflik dengan pemberi tugas. Ia tidak perlu menyelesaikan konflik tersebut, namun mencari pembenaran lain untuk dapat menyelesaikannya. Mulai dari yang paling ‘negatif’, takut dimarahi sang pemberi tugas, sampai yang paling ‘positif’ tugas ini begitu penting untuk karir saya sehingga saya perlu mengerjakan dengan baik. Ataupun menyadarkan diri kita bahwa saya pada dasarnya menyukai atau tertantang dengan tugas tersebut.
Namun kita tidak bisa terus-menerus memaksakan diri untuk menyelesaikan suatu tugas, kita perlu mencari cara untuk mendekatinya dengan taktis sehingga bisa menyelesaikannya dengan enerji (willpower) minimal.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply