Procrastination Hidup

Edisi 343, 6 Juli 2021

Procrastination hidup, sebagai tipe keempat dari procrastination yang kita bahas di sini: Situasional, Tugas, Hari dan Hidup, mempunyai dampak yang lebih besar dari ketiga jenis procrastination yang lain.

Seringkali ketika kita menggunakan kata procrastination, atau penundaan negatif, kita menggunakannya dalam kaitan dengan dua yang pertama, Situasional dan Tugas.  Sehingga solusinya juga lebih ‘sederhana’ mengatasi sumber masalahnya dan mendekati tugas dengan lebih positif.  ‘Just get started’, kata Tim Phycyl. 

Namun, Procrastination Hari dan, terutama Hidup, lebih terkait dengan pertanyaan existential, berupa: ‘apa yang ingin dicapai dalam hidup?’.  Bila hidup kita begitu penting, apakah kita menunda menjalankannya untuk kepentingan yang lain?  Dan apakah mungkin seseorang menunda menjalankan hidupnya?

MPD memasukan pembahasan ini ke dalam pembahasan procrastination karena umumnya ada keterkaitan dengan jenis procrastination lainnya.  Seseorang bisa terkesan dari luar melakukan Procrastination Situational, tetapi sebetulnya masalahnya lebih dalam lagi, yaitu ia tidak menemukan makna dalam hidupnya, ataupun kerja yang ia lakukan dan alasan situasional yang ia berikan merupakan alasan yang dicari-cari.

Di sisi lain, kegagalan mengatasi Procrastination Situational secara terus-menerus dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan identitas dirinya sehingga akhirnya mempengaruhi procrastination tugas, hari dan akhirnya….hidup, juga. 

Baiklah kita mulai diskusi ini dengan pertanyaan berikut: apakah bisa seseorang dibilang menunda hidup?  Apa indikatornya?  Bukankah hidup tetap berjalan, apapun yang terjadi? 

Procrastination kita definisikan sebagai penundaan negatif.  Pada esensinya penundaan negatif terjadi ketika kita memilih menunda melakukan sesuatu yang penting untuk mendapat kesenangan sesaat padahal kita tahu bahwa ada resiko dari penundaan tersebut.  Lalu kalau penundaan tersebut makan lama makin sering terjadi maka bukan tidak mungkin seseorang akan sampai pada yang paling ekstrim, procrastination hidup.  Ciri utamanya bisa berupa kemalasan yang luar biasa ataupun kecenderungan seseorang untuk ‘hanya’ melakukan aktivitas yang menyenangkan dan semakin lama semakin enggan melakukan berbagai kewajiban hidupnya sehingga mengalami berbagai kerugian, seperti kesehatan (karena menunda melakukan pola hidup sehat), finansial (karena menunda membangun profesi yang baik), dan seterusnya.

Penyebab procrastination hidup tentu jauh lebih dalam daripada ketiga procrastination yang lainnya.  Kita bisa menggunakan analisis MPD dengan memahami bagaimana alignment dengan purpose, minat dan kemampuan yang tidak terdapat pada seseorang sehingga ia mengalami ‘keterasingan’ dari aktivitasnya sehari-hari dan hanya melakukannya dengan terpaksa dan mekanistis, layaknya robot atau bahkan ‘zombi’ yang bergerak tanpa ‘jiwa’. Kita juga bisa mengaitkan dengan depresi untuk memahami procrastination hidup.  Tim Pychyl dalam salah satu tulisan blog nya, Depressions and Procrastinations (https://www.psychologytoday.com/intl/blog/dont-delay/201306/depression-and-procrastination) menyebutkan bahwa keterkaitan diantara keduanya di-mediasi oleh self regulation (kemampuan seseorang mengelola emosi dan dirinya).  Sehingga dengan regulasi diri yang baik maka keduanya lebih bisa diatasi.  Ciri utama seorang depresi memang keengganan yang besar untuk menjalani hidupnya.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?