Edisi 41, Selasa, 19 Januari 2016
Judul blog hari ini saya ambil dari judul yang sama Majalah Fast Company edisi November. Majalah ini lama ada di tas saya dan baru selesai dibaca lebih dari 1 bulan kemudian. Tampaknya menunjukan bertapa tidak produktifnya saya…
Yang menarik dari cover story ini adalah relatif sama-nya lingkup dari apa yang disebut manusia produktif dengan apa yang didefinisikan sebagai produktivitas diri oleh blog ini. Lingkup profesi yang beragam yang diliput oleh majalah ini, mulai dari pengusaha, Stand up Commedian, DJ, Birokrat, dll, menunjukan bahwa produktivitas diri mempunyai banyak wajah. Mereka ditanya terkait dengan tips mereka dalam mengelola istirahat, mengatur beban kerja mereka, memotivasi diri. Tips tersebut diuraikan secara singkat di dalam feature utama dari majalah ini.
Beberapa tips baru yang menarik, saya coba ringkaskan berikut ini.
Mereka mempunyai awareness yang baik terhadap waktu tidur yang mereka butuhkan, bagaimana memotivasi diri, mengatasi procrastination dan bagaimana cara mereka menghadapi stres. Ini menunjukan bahwa pada umumnya orang yang mempunyai produktivitas diri yang baik, mampu mengenali diri dengan baik. Terdapat range antara 5 sampai 8 jam tidur yang dibutuhkan dari para responden tersebut. Namun di bagian lain majalah ini dikutip hasil survey terhadap 3760 karyawan yang menunjukan bahwa jumlah jam tidur yang ideal antara 7 sampai 8 jam, di bawah dan di atas jumlah jam tersebut akan mengakibatkan tingkat absensi kerja yang lebih besar (halaman 98).
Salah satu tip untuk membuat kita tidak terlambat dalam janji kita adalah menyiapkan hal yang akan dikerjakan ketika kita sampai di tempat tujuan. Sehingga kita bisa menghargai datang lebih awal untuk dapat mengerjakan hal tersebut. Ini seperti disarankan Gretchen Rubin (halaman 75).
Terkait mengelola rapat, menarik untuk mendengarkan tip dari Lorraine Twohill, Senior VP of Global Marketing Google, untuk dapat mengelola 17 sampai 20 meeting per hari, dia melakukan rapat sambil berdiri ataupun rapat one on one sambil berjalan di taman (halaman 76).
Email tidak selalu lebih efektif dari texting, paling tidak itulah pendapat Marcus Samuelsson, seorang chef. Untuk menghindari misintepretasi dari email, Marcus lebih senang memulai text dengan ‘let’s talk’, dan melanjutkan percakapan lewat text (halaman 88). Ini lebih efektif baginya, karena ia sering melakukan perjalanan yang jauh.
Profesor Stanford, John Pencavel dalam sebuah penelitian yang baru dirilis pada 2014 mencoba untuk mengkorelasi output dari pabrik dengan jam kerja dari buruh pabrik tersebut, ia menemukan bahwa peningkatan output produksi hanya berkorelasi dengan baik dengan jumlah jam kerja sampai dengan 49 jam per minggu, setelah itu, peningkatannya tidak terlalu signifikan lagi. Bahkan bekerja 70 jam per minggu mempunyai hasil produktivitas yang sama dengan mereka yang 56 jam kerja per minggu. (halaman 94). Saya nggak tahu seberapa relevannya data tersebut dengan kondisi pekerjaan saat ini karena data disebut diolah dari data sekunder yang diambil puluhan tahun lalu.
Dua penelitan berikut memberikan kesimpulan menarik terkait produktivitas. Peneliti dari Universitas Ortago, Selandia Baru, menemukan bahwa tikus yang dibiasakan berlari 20 menit setiap harinya, akan meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Sementara itu, sebuah studi dari Callifornia Energy Commision menemukan bahwa pekerja yang duduk di dekat jendela sehingga mendapatkan sinar matahari yang lebih baik, akan mampu lebih cepat melakukan processing call sampai 12 persen, serta mempunyai kinerja 10 sampai 25 persen lebih baik dalam tes yang melibatkan fungsi mental dan mengingat (halaman 98).
Silakan diambil mana yang bisa diterapkan untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja Anda ataupun tim Anda. Ataupun sekedar bagian dari insight produktivitas diri yang ingin Anda diskusikan dengan tim Anda.
G. Suardhika
Trainer dari Training Modern Time Management Jakarta