Edisi 104, Jumat 26 Agustus 2016
Ada beberapa kesamaan antara Chris Bailey dengan Cal Newport yang bukunya kita bahas sebelumnya: obsesinya pada produktivitas diri sehingga sejak dari sekolah menengah sudah mencari cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi seefisien mungkin. Meskipun Chris Bailey saat ini tidak berprofesi sebagai dosen, seperti halnya Cal, tetapi ia memutuskan untuk menolak 2 tawaran kerja dan memilih mendedikasikan 1 tahun waktunya, setelah lulus S1, untuk mendalami mengenai produktivitas dari membaca berbagai literature, mewawancarai ahli dan, nah ini dia, melakukan eksperimen terhadap dirinya sendiri, untuk mengetahui mana tips yang benar dan tidak.
Eksperimennya mulai dari bekerja 90 jam per minggu, membiasakan diri untuk bangun lebih awal, jam 5:30 setiap harinya, hanya minum air putih selama sebulan, tinggal di dalam kamar yang tidak berjendela selama beberapa hari.
Inilah buku hasil pemahaman dan eksperimennya tersebut. Kesimpulan Chris: produktivitas bukan mengenai efisiensi kita dalam bekerja, tetapi mengenai apa yang kita capai dari aktivitas kita. Produktivitas adalah kemampuan kita untuk mengelola Waktu, Perhatian dan Enerji kita. Ketika kita dapat mengelola ketiga hal itu dengan optimal, maka produktivitas diri kita dapat dioptimalkan pula.
Ia mengatakan ada beberapa alasan kita menunda pekerjaan, rasa bosan, frustasi, pekerjaan itu sulit, pekerjaan tidak terstruktur, tidak bermakna dan tidak mempunyai reward intrinsik. Berbagai alasan itu memerlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya (hal 58).
Uraian dia yang menarik lainnya adalah ketika ia mengutip hasil penelitian dari Profesor di UCLA, Hal Hershfield yang menemukan bahwa aktivitas otak seseorang ketika memikirkan future self nya, lebih mirip dengan aktivitas orang tersebut ketika membayangkan orang asing, daripada ketika membayangkan present self. Hal ini menyebabkan ketika bertindak orang kurang concern dengan masa depannya (hal 70). Chris mencoba mengatasi ini dengan membuat foto future self nya melalui program AgingBooth dan meletakan di dekat meja kerjanya, sehingga ketika memutuskan ia juga concern dengan masa depannya, tidak hanya memperhatikan kenyamanan saat ini.
Terkait dengan pengelolaan perhatian, salah satu tip dari Chris yang saya sukai adalah membuat worry list ketika konsentrasi kita terganggu dengan berbagai kekhawatiran kita (hal 154). Pengelolaan perhatian menunurut pakar neuroscience menuntut pengelolaan pada 3 aspek: central executive, fokus dan awareness. (hal 182).
Buku ini bisa jadi satu dari sedikit buku yang mulai mengintegrasikan berbagai konsep ke dalam kata ‘produktivitas’. Menarik untuk membaca berbagai opini dan kutipan penelitian di sana – sini, walaupun menurut saya, konsep dan struktur dari buku ini masih kurang kuat.
Kualifikasi Buku:
Tingkat kesulitan (menggambarkan kesulitan bahasa dan pembahasan): Sedang
Tingkat relevansi (menggambarkan keterkaitan dengan konsep praktis produktivitas diri): 70%
Urutan Bacaan dibanding buku yang lain: Awal
Recommended Video, Audio dan Research
Tidak ada presentasi Chris yang secara lengkap menggambarkan bukunya. Ini adalah presentasi di TED https://www.youtube.com/watch?v=8yh1u5AsFU4.
Interview berikut lebih lengkap menggambarkan bukunya: https://www.youtube.com/watch?v=sRkLoq7b_I0