Edisi 332, 2 Februari 2021
Paling tidak ada dua alasan utama kenapa sebuah tugas ada di hadapan kita. Pertama, karena tugas tersebut penting. Kedua, karena kita berkomitmen untuk mengerjakannya. ‘Tapi banyak juga tugas yang datang padahal saya belum mengiyakan?’, mungkin begitu pembelaan yang ingin disampaikan. Kenyataan bahwa Anda tidak mampu menolak tugas tersebut merupakan serendah-rendahnya bentuk komitmen.
Dalam pekerjaan kita, tugas datang karena ada di deskripsi jabatan, atau bisa juga karena permintaan Atasan. Ketika kita bekerja dalam sebuah organisasi, maka kita menerima job desc yang diberikan oleh perusahaan, siap untuk mencapai berbagai target dan bersedia melasanakan perintah atasan.
Kita bisa beralasan bahwa beban kerja yang ada lebih besar dari yang saya perkirakan, atau budaya kerjanya tidak menyenangkan atau berbagai alasan lain, namun kenyataan bahwa Anda tetap di organisasi tersebut menunjukan bahwa Anda tetap bersedia menerima berbagai perlakuan yang ada.
Dengan konteks tersebut, maka apapun tugas yang ada di meja Anda hadir karena Anda telah berkomitmen untuk menjalankannya, walaupun berupa komitmen yang paling rendah, komitmen yang datang dari ketidakberdayaan atau ketidakberanian memilih dan mengambil resiko pilihan.
Selain itu, tugas ada di meja Anda karena Anda merasa tugas itu penting. Penting? Ya, ada beberapa tingkatan kepentingan. Ada penting karena Anda merasa pekerjaan Anda penting (padahal belum tentu demikian), penting karena itu terkait dengan keberlangsungan hidup (memastikan setiap hari kebutuhan keluarga terpenuhi), penting karena itu penting bagi karir Anda. Tetapi sebetulnya, ‘penting’ yang paling penting adalah kalau Anda berhasil mengatakan tugas tersebut penting karena terkait dengan nilai-nilai dan tujuan hidup Anda.
Mengapa hal tersebut merupakan penting yang paling penting? Karena alignment dengan purpose merupakan cara untuk mendapatkan pull energy yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan dengan baik.
Enerji yang datang dari pemahaman dan komitmen untuk mencapai tujuan hidup, merupakan enerji yang luar biasa karena dengan enerji tersebut, kita dapat mengatasi kecenderungan procrastination, baik yang muncul dari konteks ataupun konten. Seorang karyawan, pengusaha ataupun pekerja sosial dapat mencapai hasil yang ia tidak bayangkan sebelumnya bila ia sudah connect dengan tujuan karir dan hidupnya.
Dengan menggunakan enerji tersebut, kita berusaha untuk mengatasi berbagai hambatan, misalnya, bos yang kurang mendukung kita, tugas yang sulit, rekan kerja yang kurang kooperatif, dan seterusnya.
Bayangkan bila enerji tersebut ditambahkan berbagai enerji yang bersumber dari kesesuaian minat, kompetensi ataupun perasaan tertantang (stretching) dan optimisme akan keberhasilan. Berbagai enerji tersebut bersifat dari dalam diri disebut sebagai push energy. Kedua jenis enerji tersebut merupakan faktor penting dalam mengurangi terjadinya procrastination.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply