Blog

Edisi 302, 14 Januari 2020

Permasalahan ketiga dalam area kegagalan pengelolaan diri Bos setelah ketidakmampuan teknis dan produktivitas diri, adalah ketidakmatangan, salah satunya adalah emosi yang tidak stabil.  Tidak jarang kita temui pemimpin yang inkonsisten dalam bertindak, suatu kesalahan A kadang didiamkan, kadang dimarahi secara luar biasa.  Kadang dia datang dengan senang dan memuji, kadang ditegur pun diam saja.  Stabilitas emosi menyebabkan konsistensi tindakan seorang Pemimpin.  Sehingga tim nya bisa mengelola pekerjaan pada level expectacy-nya.

Ketidakmatangan juga terkait dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan baik.  Mengekspreksikan kekecewaan, mengekspresikan harapan, mengekspresikan optimisme.  Selain kemampuan ekspresi, tentunya kemampuan untuk mengapresiasi: mencari hal positif dan kekuatan dari timnya sehingga dapat ia kembangkan dengan optimal.  Ia tidak mencari-cari kesalahan, tetapi justru berusaha menemukan aspek positif untuk dapat dikembangkan dengan optimal.

                Untuk mencapai kematangan seseorang perlu mengenal dan menerima dirinya dengan baik.  Ia bisa mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam dirinya dan mengelolanya dengan baik.  Ia juga mendekati tim secara humanistik tidak sekedar sebagai alat.

                Ketidakmatangan atasan akan menyebabkan staf kesulitan untuk mamahami harapan dan standard atasan sehingga ia bisa memiliki fokus yang salah ataupun overdone dalam mengerjakan sesuatu.  Khawatir atasan menanyakan hal tertentu, ia mempersiapkan dengan baik, ternyata tidak.  Khawatir atasan minta laporan yang rapi, ia mengerjakan dengan optimal, ternyata yang diminta saat ini hanya ringkasannya.  Menjadi lebih sia-sia bila Atasan ini berada pada level manajer.  Sehingga ia tidak hanya menyia-nyiakan waktu sang supervisor, tetapi juga staf yang ikut sibuk melakukan sesuatu yang belum tentu dipakai.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta