Comfort zone dan Produktivitas Diri (2): Kontrol Diri

Comfort zone dan Produktivitas Diri (2): Kontrol Diri

Edisi 149, Selasa 9 Mei 2017

Ketika kita berbicara mengenai pengendalian diri, maka salah satu percobaan yang paling populer mengenai ini adalah marshmallow experiment (sering juga disebut marshmallow test).  Seorang anak (sekitar 5 tahun) diberikan satu buah agar-agar.  Sang peneliti kemudian meninggalkan ruangan, dan menawarkan bila anak tersebut bersedia menunggu tanpa memakan agar-agar tersebut, maka ia akan mendapatkan satu lagi agar-agar.  Penelitian ini begitu populer dan signifikannya sehingga berbagai peneliti melakukannya kembali dan menemukan kesimpulan yang kurang lebih sama: lebih banyak peserta yang tidak dapat mengendalikan dirinya.

Menarik untuk melihat apa yang dilakukan anak ketika menunggu (silakan lihat di https://www.youtube.com/watch?v=QX_oy9614HQ).  Bagaimana ia mencoba mengalihkan perhatian dari agar-agar yang tepat ada di depannya, dengan mengalihkan pandangannya dan melakukan berbagai aktivitas.  Kemampuan mengalihkan perhatian dan menahan keinginan jangka pendek ini ternyata kemudian bermanfaat dalam jangka panjang.

Follow up survey dilakukan untuk melihat keterkaitan antara kemampuan pengendalian diri anak ini (mereka yang tidak memakan agar-agar tersebut) dengan prestasi akademis dan kesuksesan mereka.  Salah satu kesimpulan adalah: ada korelasi positif antara mereka yang mempunyai pengendalian diri baik dengan prestasi akademisnya, dengan menggunakan ukuran score SAT (skor kemampuan umum untuk masuk ke perguruan tinggi).

Pengendalian diri yang baik adalah satu unsur penting untuk kita dapat berada di comfort zone positifComfort zone positif menunjukan bahwa kita sudah mempunyai berbagai kebiasaan positif.  Ia menunjukan kemampuan untuk menjaga jarak dari godaan yang ada dan memilih hal-hal yang positif dalam jangka panjang daripada kesenangan jangka pendek.

Pengendalian diri saja tidak cukup untuk membawa kita pindah ke stretching.  Kita akan berhenti di comfort zone positif kalau tidak ada dorongan untuk mengembangkan diri lebih jauh ke arah peak performance.  Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kemampuan grit.  Kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang tidak mengenakan yang ada karena kita men-stretch kinerja kita seoptimal mungkin.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?