Perspektif Pertama, Prokrastinasi sebagai Mekanisme Coping (1)

Perspektif Pertama, Prokrastinasi sebagai Mekanisme Coping (1)

Edisi 345, 3 Agustus 2021

Memahami prokrastinasi sebagai sebuah mekanisme coping berarti kita melihat prokrastinasi sebagai ‘jalan keluar darurat’ dari tekanan pekerjaan dan hidup yang dihadapi seseorang.  Sebelumnya, kita sudah mendefinisikan prokrastinasi sebagai ‘penundaan negatif’, lalu apakah dalam perspektif coping ini prokrastinasi bisa juga berarti positif?

Prokrastinasi disebut sebuah ‘penundaan negatif’ karena kita menunda sebuah aktivitas penting untuk aktivitas yang kurang penting.  Sementara itu ketika kita memahami prokrastinasi sebagai sebuah mekanisme coping maka kita melihat dalam konteks yang lebih besar, bukan dalam konteks aktivitas tersebut, tetapi dalam konteks kehidupan.

Prokrastinasi mempunyai manfaat positif bila kita lihat sebagai mekanisme coping.  Berarti di sini pembahasannya bukan terkait prioritas tetapi terkait keseimbangan hidup seseorang dan kemampuannya untuk bisa menjalani berbagai aktivitasnya dengan baik.  Dengan demikian walau ia melakukan penundaan negatif karena tidak melakukan prioritasnya, tetapi itu diperlukan untuk mekanisme coping seseorang, ketika seseorang sedang mengalami tekanan pekerjaan dan hidup yang lebih besar.  Jadi mengorbankan hal kecil untuk hal yang lebih besar.

Menerima Prokrastinasi sebagai sebuah mekanisme coping adalah salah satu aspek manusiawi dalam pengelolaan prokrastinasi.  Artinya kita tidak lagi bicara manusia sebagai robot yang bisa selalu melakukan prioritas-nya setiap saat.  Manusia adalah mahluk yang mengalami kelelahan, kejenuhan dan memerlukan hal menyenangkan untuk bisa menjalani harinya.

Hanya kalau ia tidak memahami akar penyebab prokrastinasinya, memahami hulu nya, maka ia akan selalu menggunakan prokrastinasi sebagai mekanisme coping-nya.  Dalam jangka panjang, ini akan mempunyai akibat buruk bagi dirinya, kinerjanya ataupun psikologisnya. 

Belum lagi, kita juga perlu hati-hati akan bias subyektif yang ada: kecenderungan kita untuk dengan mudah mengatakan bahwa kita perlu coping, padahal masalah yang dihadapi tidak signifikan.  Ibarat orang yang mudah lelah atau menyerah padahal yang dijalaninya belum seberapa.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

 

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?