Edisi 152, Jumat 26 Mei 2017
Anders Ericsson meneliti mengenai bagaimana seseorang bisa mencapai level keahlian tertinggi, lebih awal dari Ducworth. Ia telah menekuninya selama lebih dari 30 tahun karirnya. Namanya telah populer terlebih dahulu lewat beberapa buku yang telah terbit yang mengutip penelitiannya, termasuk sebuah karya Malcolm Gladwell, Outlier.
Namun, baru dalam tahun yang sama dengan terbitnya Grit, Ericsson dengan bantuan jurnalis Robert Pool menerbitkan buku ini, Peak. Ericsson menemukan bahwa ada suatu disiplin latihan tertentu yang dilakukan oleh orang yang berhasil mencapai puncak kinerja di bidangnya. Disiplin latihan inilah yang kemudian ia sebut dengan deliberate practice.
Pada awalnya, Ericsson membatasi penggunaan konsep deliberate practice-nya pada area keahlian yang sudah cukup berkembang dengan baik, yaitu dimana kita dengan mudah bisa menunjukan siapa best performance di bidang tersebut. Ini terutama ditemui di bidang olah raga (yang dengan jelas menyebutkan siapa juara dunia untuk bidang tersebut), ataupun musik.
Pada area keahlian tersebut, biasanya dapat ditemui apa yang perlu dilakukan seseorang untuk mencapai puncak keahlian tersebut. Apa yang menyebabkan seorang bisa bergerak dari 10 besar menjadi juara pertama? Apa ketrampilan yang dikembangkan dan bagaimana mengembangkannya.
Ericsson menemukan bahwa disiplin latihan mereka jauh lebih intens. Dengan metode yang lebih fokus, stretching kemampuan melalui proses feedback dari coach yang handal. Serta tentunya daya juang yang tiada hentinya (grit, dalam istilah Duckworth).
Namun karena fokusnya pada area keahlian tersebut, Ericsson tentu berhati-hati dalam mengeneralisir ke bidang profesi lainnya. Pada Bab 4 halaman 98, ia menyebutkan bahwa berbagai profesi di perusahaan tidak termasuk dalam area ini. Tampaknya pembatasan ini ia lakukan untuk dapat memudahkan penelitiannya.
Namun pada bab selanjutnya, bab 5 dan 6, ia mulai mendiskusikan mengenai penerapan prinsip deliberate practice di berbagai bidang profesi lainnya.
Konsep penting lain yang menarik dari buku ini adalah mengenai Mental Representations (MR) (bab 3). MR adalah awal dari terjadinya deliberate practice. Seorang ahli akan mempunyai MR yang baik dalam bidangnya sehingga ia selalu dapat me-respond dengan tepat permasalahan atau tantangan yang dihadapi. Ilustrasi mengenai kelebihan dalam MR yang dimiliki seorang ahli diantaranya ditunjukan dengan kemampuan memory pemain catur mengenai posisi bidak catur dalam satu pertandingan. Pecatur ulung akan dengan mudah menghafal suatu posisi yang bermakna (pembukaan X atau pertahanan Y). Tetapi kalau diminta untuk menghafal posisi yang tidak bermakna maka kemampuannya akan sama dengan pemain pemula.
Dengan demikian untuk menjadi seorang ahli, umumnya seseorang membangun terlebih dahulu MR nya, sehingga ia dapat mengembangkan perspektif yang jernih dalam dalam mengevaluasi kinerjanya dan menemukan gap dengan kinerja utamanya.
Buku ini juga berkali-kali menekankan premis terkait pentingnya latihan bagi pencapaian kinerja optimal. Ericsson menyimpulkan bahwa kita umumnya overestimate mengenai peran talent dan intelegensi dalam keberhasilan seseorang dan underestimate peran latihan dan kerja keras. Ericsson dan Pool berusaha mendukung point di atas dengan menunjukan bahwan inteligensi hanya berkorelasi positif dalam pencapaian seseorang sampai ke level prestasi tertentu. Setelah itu, bisa jadi intelegensi berkorelasi negatif dengan mereka yang bisa mencapai puncak karirnya (hal 231). Hal ini bisa jadi disebabkan karena pada satu titik orang yang telah merasa pintar dan berbakat mempunyai kecenderungan untuk kurang mengembangkan kerja keras dalam upaya mencapai Peak prestasinya.
Lalu apa relevansi buku ini dengan produktivitas diri? Salah satu route map peningkatan produktivitas diri bisa dicapai dengan peningkatan kemampuan seorang dalam bidang profesi yang ia geluti. Pemahaman mengenai deliberate practice akan membantu seorang membuat self practice yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Kualifikasi Buku:
Tingkat kesulitan (menggambarkan kesulitan bahasa dan pembahasan): 4 (1: rendah – 5: tinggi)
Tingkat relevansi (menggambarkan keterkaitan dengan konsep praktis produktivitas diri): 85%
Urutan Bacaan dibanding buku yang lain: Akhir
Recommended Video, Audio dan Research
Wawancara dengan Anders Ericsson:
Leave a Reply