Edisi 164, Selasa 1 Agustus 2017
Salah satu aspek penting dari proses internal kita adalah apa yang disebut self talk. Berbagai penelitian menunjukan bahwa cara bicara kita pada diri kita sendiri akan menentukan dinamika yang muncul, dalam self process kita, negatif atau positif.
Negatif, ketika kita cenderung mengkritik dan merendahkan diri kita. Positif, ketika bisa terjadi dialog yang sehat yang menyebabkan kita mengembangkan diri kita dengan baik.
Dalam praktek konseling dan coaching-nya, Fiore menemukan bahwa proses melakukan integrasi self merupakan salah proses penting untuk mengatasi masalah personal kita (silakan baca https://produktivitasdiri.co.id/awaken-your-strongest-self-by-neil-fiore-phd-2007/). Ada bagian otak kita yang berada di prefrontal cortex yang memegang peranan penting dalam melakukan fungsi eksekutif tersebut. Bagian ini terlihat membutuhkan enerji besar (bila dilihat dengan mesin Magnetic Resonance Imaging-MRI) ketika sedang melakukan proses tersebut.
Bila kita khawatir akan sesuatu hal. Maka dinamika yang sehat bukan langsung memendam kekhawatiran tersebut. Tetapi membiarkan dia sesaat. Berdialog untuk menenangkannya dengan membantu melihat permasalahan secara lebih rasional, sampai akhirnya kekhawatiran itu akan pergi dengan sendirinya.
Kemampuan untuk aware ketika proses itu terjadi, akan membantu kita untuk lebih bisa menerimanya, memahami manfaat keberadaannya, dan kemudian tetap bertindak secara rasional dan proporsional.
Diperlukan self talk yang sehat untuk dapat berlangsungnya proses tersebut dengan baik. Kesalahan pada sebagian kita sebetulnya dimulai dengan tidak mengakui adanya self talk ini. Menganggap bahwa ada beberapa diri di dalam diri kita, akan bisa menimbulkan kepribadian terbelah…hehehe… Bisa jadi kekhawatiran itu yang menyebabkan kita cenderung mengabaikan self talk.
Tanpa proses awareness dan self talk yang baik, maka kita akan cenderung untuk me-mutlak-an apa yang kita rasakan. Dan yang kita mutlak-an umumnya negatif. ‘Saya pasti tidak bisa’, ‘saya memang penakut’, ‘dia pasti bermaksud jahat’, dan seterusnya. Emosi dan pendapat yang muncul sesaat itu sebetulnya manusiawi saja. Untuk tumbuh sehat, kemudian kita perlu melakukan dialog dengan pendapat diri tersebut sehingga dapat kembali kepada perspektif dan respond yang proporsional, rasional dan sehat.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply