Edisi 57, Selasa, 15 Maret 2016
Salah satu hal yang sulit kita sadari bisa jadi adalah membedakan antara sibuk dan produktif. Kadang kita temui orang yang sibuk mempersiapkan sesuatu sebelum melakukan pekerjaan, sampai pada suatu titik kita paham bahwa persiapan yang dia lakukan sudah menjadi alasan saja untuk dia tidak mengerjakan apa yang penting.
Perbedaan antara sibuk yang produktif dengan sibuk yang menjadi excuses terletak pada alasan terjadinya dan tujuannya. Sibuk yang produktif datang tanpa kita inginkan. Dia ada sebagai konsekuensi dari produktivitas kita, bahkan ia bisa jadi merupakan indikator dari ketidakberhasilan kita mengelola beban kerja kita dengan baik. Sementara itu orang yang menggunakan kesibukan sebagai excuses, akan merasa bangga dengan kesibukannya dan berupaya untuk mendapatkan pengakuan orang lain atas kesibukannya tersebut.
Disinilah diperlukan kemampuan kita untuk memahami dengan jernih motif kita. Lebih baik bengong dalam proses mencari apa yang ingin kita capai dalam hidup kita ataupun apa yang penting bagi hidup kita, daripada sibuk untuk menghindari kesulitan kita menemukan makna hidup kita.
Selain jujur dengan diri sendiri, kita juga perlu belajar untuk tidak memperdulikan pendapat orang lain dalam hal ini. Sehingga kita takut untuk bekerja terlihat santai, tetapi bisa mencapai hasil optimal. Hanya dengan cara itu, setiap karyawan bisa mengoptimalkan produktivitas kerjanya, sehingga produktivitas organisasi lebih mungkin untuk dicapai.
Jangan lupa kesibukan, begitu kata Tim Ferris, adalah sebuah bentuk kemalasan (Four Hour workweek, halaman 75).
G. Suardhika
Trainer dari Training Modern Time Management Jakarta