Edisi 136, Jumat, 24 Pebruari 2017
Charles Duhigg, bekerja full time sebagai investigative reporter di New York Times, menggunakan malam harinya untuk menulis buku New York Time Best Seller The Power of Habit (Anda yang sudah membaca buku ini pasti memahami bahwa buku ini memerlukan banyak jam untuk menyelesaikannya), namun masih mencari cara untuk bisa meningkatkan produktivitasnya dengan ingin mengontak Atul Gawande, seorang yang sangat produktif lainnya yang aktivitasnya meliputi praktek sebagai dokter, mengajar, menulis buku, dll.
Amazing.….Itulah kesan saya ketika membaca paragraf pertama dari Pengantar buku ini. Duhigg menjelaskan bagaimana ia kagum terhadap Atul dan ingin mengontak dia untuk mengetahui rahasia produktivitasnya. Saya jadi teringat ucapan David Allen, salah satu pakar produktivitas diri lainnya, bahwa ilmu produktivitas biasanya dicari justru oleh orang-orang yang sudah produktif dan ingin meningkatkan produktivitasnya lagi.
Buku ini tidak kalah fenomenalnya dari The Power of Habit. Buku tentang ilmu produktivitas, begitulah penulis menggambarkan isi buku ini, sayangnya tidak dimulai dengan definisi yang jelas mengenai apa yang disebut produktivitas. Mungkin itu disengaja sehingga bisa cukup fleksible untuk memasukan berbagai topik di dalam buku ini.
Buku ini membahas mengenai bagaimana meningkatkan produktivitas terkait dengan Motivasi, Tim, Fokus, Pembuatan Sasaran, Pengelolaan Orang, Pengambilan Keputusan, Inovasi dan Pengolahan Data. Begitulah judul dari ke-8 bab buku ini.
Seperti juga pada buku sebelumnya, penulis membawa pembaca pada ilustrasi kasus yang mengasyikan – layaknya sebuah novel, teori, hasil penelitian sampai dengan hasil wawancara penulis. Sebuah jenis buku popular science reporting yang biasa ditulis oleh jurnalis ilmiah seperti juga Malcolm Gladwell.
Berbagai premis yang menurut saya menarik dari buku ini, diantaranya, Motivasi terutama bersumber dari 2 hal sense of control dan keterkaitannya dengan values & life goals kita (bab 1). Penelitian yang intensif yang dilakukan di google untuk dapat meningkatkan produktivitas tim menemukan bahwa yang paling menentukan adalah Psychological Safety, seberapa jauh anggota tim merasa nyaman dan aman untuk berkontribusi dan mengekspresikan dirinya sehingga sinergi bisa dioptimalkan (bab 2).
Terkait goal setting, Duhigg mengangkat kasus di General Electric, dimana SMART goal saja malah bisa menurunkan produktivitas. SMART goal perlu diikuti oleh stretch goal untuk bisa membuat karyawan fokus pada hal yang paling penting sebelum mengeksekusikan dengan cara SMART: Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Timeline (bab 4).
Bab yang paling menarik (terutama ilustrasi kasusnya mengenai sebuah investigasi kasus penculikan), selain bab mengenai Tim, Goal Setting dan Absorbing Data (bab 8), menurut saya adalah bab 5: bagaimana mengelola orang lain. Disini Duhigg mengambil kasus mengenai transformasi di General Motor dan FBI yang memanfaatkan konsep mengenai Lean & Agile Thinking untuk meningkatkan produktivitas karyawan di GM dan FBI agents. Sederhananya konsep itu menekangkan pentingnya memberdayakan setiap orang yang paling dekat dengan timbulnya masalah untuk berinisiatif, mengambil keputusan dan melakukan tindakan.
Walau lingkup pembahasannya adalah ilmu mengenai produktivitas sehingga agak berbeda dengan MPD yang fokus pada produktivitas diri, namun banyak kesimpulan dan ilustrasi yang menaik yang terkait dengan produktivitas diri di buku ini. Bila pembaca kemudian membaca artikel di Lampiran buku : Tuntunan untuk Menggunakan Ide ini secara praktis (hal. 269), pembaca akan menemukan keterakaitan yang lebih jelas dengan produktivitas diri ketika Duhigg mencoba mengaplikasikan sebagian konsep yang dia bahas ke dalam aktivitasnya dalam menulis buku ini.
Kualifikasi Buku:
Tingkat kesulitan (menggambarkan kesulitan bahasa dan pembahasan): Sedang
Tingkat relevansi (menggambarkan keterkaitan dengan konsep praktis produktivitas diri): 75%
Urutan Bacaan dibanding buku yang lain: Tengah.
Recommended Video, Audio dan Research