Edisi 13, Selasa, 13 Oktober 2015
Manajemen Waktu dan sebagian konsep lain terkait produktivitas diri, didominasi oleh satu sudut pandang, yaitu sudut pandang user. Pengguna hanya concern dengan bagaimana meningkatkan, kadang kala malah mengeksploitasi, produktivitas untuk kepentingan mereka. Ada 2 sudut pandang lain produktivitas diri yang perlu kita pahami untuk mendapatkan produktivitas diri yang optimal, yaitu pemilik dan objek.
Untuk memudahkan, kita ambil contoh taxi. Pengendara taxi adalah pengguna dari taxi itu. Cara mengemudikan mobil dari seorang pengguna dan seorang pemilik tentu sangat berbeda. Pada umumnya pemilik akan lebih hati-hati dengan mobilnya.
Ada satu sudut pandang lagi, yaitu sudut pandang dari mobil itu sendiri. Sudut pandang objek. Bila terkait dengan perawatan mobil, objek-lah yang paling concern dengan hal tersebut dibanding pemilik dan pengguna. MPD mencoba mengintegrasikan ketiga sudut pandang tersebut, Pengguna, Pemilik dan Objek.
Seperti telah kita bahas di edisi 01, MPD mempunyai definisi sederhana berikut ini:
Pengoptimalkan potensi diri dan waktu kita (optimasi) untuk mencapai kehidupan yang kita inginkan (purpose) dengan cara yang kita inginkan (work style).
Optimasi umumnya adalah concern Pengguna, purpose adalah concern Pemilik, sementara workstyle terutama merupakan concern Objek. Kepentingan dari ketiganya saling berkaitan.
Owner atau pemilik akan mengedepankan pemahaman akan apa yang penting bagi dirinya dan mengupayakan agar hal tersebut dapat dicapai dalam aktivitasnya sehari-hari. Inilah ‘sisi produksi’ dari MPD. Dia menentukan apa yang ingin dicapai dalam hidup (purpose) dan aktivitas apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Menentukan kriteria penting dan tidak penting sebaiknya menggunakan sudut pandang Pemilik bukan Pengguna, karena dialah yang paling punya hak terhadap aset tersebut.
Dengan menggunakan sudut pandang Pemilik, kita menyadari bahwa kitalah yang paling bertanggung jawab dan merasakan akibat dari apa yang kita lakukan. Bila kita menyerahkan perawatan mobil pada pengguna tanpa kontrol maka tidak heran bila mobil dibiarkan ‘hancur’ asal bisa jalan. Tidak percaya, lihat saja mobil milik, maaf, Pemerintah.
Bila jelas begitu adanya, lalu kenapa kita membiarkan purpose dari hidup kita yang harusnya lebih ditentukan oleh kita sebagai pemilik diserahkan pada pengguna? (baca: perusahaan tempat kita bekerja).
Sudut pandang ketiga adalah sudut pandang Objek itu sendiri. Pemilik mobil pada suatu saat bisa bosan dengan mobilnya sehingga tidak terlalu memperdulikan lagi perawatannya. Hal itu tidak mungkin terjadi pada si Objek. Diri kita, fisik dan psikis akan selalu memberikan peringatan akan kondisi diri, lapar, sakit, pusing, lemas, stres. Menggunakan sudut pandang Objek berarti tidak terlalu memacu diri karena pertimbangan jangka panjang. Disinilah konsep workstyle muncul.
Workstyle berbeda dengan lifestyle. Kalau dalam lifestyle kita berbicara mengenai gaya hidup yang biasanya terkait dengan pola konsumsi kita, sedangkan workstyle dalam arti gaya kerja, lebih kepada pola produksi kita. Kecepatan kerja yang kita inginkan, fleksibilitas, area kerja, bidang kerja, dan sebagainya. Memahami workstyle yang kita inginkan dan memenuhinya, berarti kita menyeimbangkan antara proses dan output, sehingga kita tidak kehabisan ‘bahan bakar’ di tengah jalan.
Hanya dengan mengintegrasikan kepentingan dari ketiga sudut pandang tersebut, kita bisa mengoptimalkan produktivitas diri. Pada 3 selasa berikut kita akan membahas masing-masing konsep Purpose, Optimal dan Workstyle tersebut.
G. Suardhika
Trainer dari Training Modern Time Management Jakarta