Faktor Emosi Procrastination

Faktor Emosi Procrastination

Edisi 308, 7 April 2020

Kebanyakan procrastination sebetulnya terjadi karena orang ingin mendapatkan perasaan senang dan nyaman dengan menghindari melakukan aktivitas yang berat dan tidak disukai.  Pelarian jangka pendek ini memang akan di-reward oleh kesenangan sesaat, namun emosi manusia ternyata tidak sesederhana itu.

Masih ingat penelitian Marshmallow?  Agar-agar ditawarkan pada seorang anak.  Lalu ia diberikan 2 pilihan, apakah akan memakannya sekarang atau menunggu beberapa menit, untuk bisa mendapatkan 2 kalinya.  Sebagian anak memilih untuk memakannya sekarang.  Mereka tidak sanggup menunggu.  Seorang procrastinator, mempunyai kecenderungan yang sama.  Mereka tidak sanggup menunda untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, mereka ingin ‘memakan agar-agar-nya’ sekarang.

                Seseorang mendapatkan kesenangan bisa dari aktivitas yang dilakukan saat ini atau dari evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukannya.  Kesenangan saat ini bisa disebut sebagai fun/joy, sementara itu kesenangan yang dicapai dari evaluasi terhadap apa yang sudah dicapai disebut sebagai kepuasan.  Procrastination adalah sebuah langkah dilematis karena ia mendorong orang mendapatkan kesenangan saat ini tetapi membuat orang menyesal kemudian ketika ia mengevaluasi apa yang telah dilakukannya atau apa yang dicapainya.

                Menghadapi situasi dilematis, ia akan menekan, mengabaikan salah satunya sebisa mungkin.  Dalam hal procrastination biasanya yang diabaikan adalah kekecewaan terhadap pencapaiannya.  Akhirnya berbagai alasan dicari untuk membenarkan pilihan aktivitas tersebut.

                Pada titik inilah procrastination mulai memasuki ‘lingkaran setan-nya’.  Ketika berbagai excuses itu meninggalkan blank spot di diri kita sehingga kita sulit mengidentifikasi alasan sebenarnya.  Saya tidak mengerjakan proyek itu sekarang karena masih ada data yang ditunggu atau karena procrastinate?  Saya menunda menulis karena terlalu lelah atau karena procrastinate?  Dan lain sebagainya.

Pada saat bersamaan kekecewaan mendalam terkait apa yang kita capai selama ini menimbulkan rasa tidak percaya diri yang menyebabkan kita ragu untuk mempunyai goal ataupun memulai sesuatu hal penting dalam hidup kita.

                Begitulah procrastination membawa kita pada sebuah kompleksitas emosi.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?