Janji Joni

Janji Joni

Edisi 189, 26 Desember 2017

Joni kembali berjanji, ‘kali ini ia benar-benar akan menyelesaikan berbagai tugas ini’.  Ia menatap pending item yang ada di depannya.  Perasaannya bercampur terhadap daftar tersebut.  Ia membayangkan dirinya seperti tengah bergulat dengan DA tersebut, kadang ia yang keluar sebagai pemenang, kadang DA-nya.

Selama sebulan mencoba hampir selalu ia hanya bisa mencapai di bawah 10 aktivitas.  Kalau toh ia mencapai belasan, kebanyakan hal yang ia lakukan adalah yang tidak terlalu penting, yang tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukannya.

Ia mencoba merunut harinya.  Datang dengan semangat 45 untuk menyelesaikan daftar tersebut.  Meletakan daftar tersebut di papan yang ada di samping mejanya.  Begitu ia membuka email, puluhan email baru masuk ke dalam inbox nya, menambah inboxnya menjadi 137 item.  ‘Ok.  Aku bereskan saja dulu email ku.  Paling lama 10 menit’.  Dan sepuluh menit itu berubah menjadi satu jam.

Pada hari yang lain.  Ia berhasil mengabaikan godaan emailnya.  Dan mulai menyiapkan pekerjaan yang paling berat.  Tugas yang paling sulit baginya.  Namun baru sepuluh menit disana, ia merasa ingin membuat kopi dulu…maka perjalanannya ke dapur kantor menjadi satu jam karena asyik ngobrol dengan rekan kerjanya.

Selalu ia temukan bahwa lima item yang bisa ia selesaikan akan bertambah dengan belasan item baru lain yang perlu dikerjakan esok hari, sehingga semakin sulit baginya untuk menjaga jumlah itemnya di bawah 20, apalagi di bawah 10.

Namun, ia tidak kehilangan semangatnya.  Pagi hari selalu diisi tekad untuk bisa membuat hari ini sebagai hari kemenangan.  Hari dimana ia tidak merasa dikalahkan oleh DA-nya.  Hari ketika ia bisa mengalahkan musuh sampai ke sarang-sarangnya.  Namun, ada saja hambatan yang gagal ia atasi.  Masalah di lapangan.  Bos yang datang ke ruang kerjanya.  Staf yang bingung menyelesaikan suatu tugas.  Kesulitan konsentrasi.

Hari ini ia kembali menatap lebih dari 20 aktivitas di depannya.  Ia kecewa pada dirinya.  Ia frustasi tapi tidak tahu harus menyalahkan siapa.  Apakah DA ini yang harus dia salahkan?  Apakah ia kembali pada situasi dimana ia mengerjakan apa saja yang teringat olehnya?  Toh hasilnya tidak beda jauh.  Ia merasa gagal memenuhi janjinya pada diri sendiri, serta janji-janjinya yang lain.  Berapa banyak janji lagi yang tidak bisa ia penuhi?  Terhadap atasan, pasangan, anaknya, juga terhadap dirinya sendiri.  Ia merenungi puluhan janji tersebut.  Puluhan janji Joni.

G. Suardhika

Trainer dari training Modern Time Management Jakarta

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?