Edisi 269, 14 Mei 2019
Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) adalah kelompok demografi setelah Generasi X. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran Mileneal ini hingga awal 2003 sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers atau Gen-X yang lahir semasa dan beberapa tahun sehabis Perang Dunia II. Milenial kadang-kadang disebut sebagai “Echo Boomers” karena adanya ‘booming’ (peningkatan besar kembali) tingkat kelahiran di tahun 1980-an dan 1990-an.
Karakteristik Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan. Masa The Great Recession memiliki dampak yang besar pada generasi ini yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda, dan menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini.
Memang benar bahwa setiap generasi harus menghadapi masalah finansial yang berbeda. Meski sebenarnya sejak dulu, inti dari persoalan finansial pribadi tidak banyak berubah. Tapi jika dibanding generasi orangtua kita, mungkin generasi milenial sekarang ini mengalami kondisi semakin sulit, salah satunya karena gaya hidup yang berbeda dengan zaman dulu, sebagai contoh jika dulu berutang pada tetangga, sekarang utang kartu kredit.
Artikel ini mengararahkan pada salah satu cara untuk membantu menghadapi kondisi yang semakin sulit bagi generasi milineal. Tentu acuan yang ditunjukkan disini akan lebih berhasil apabila “anak muda zaman now” menyimak dengan senang isi buku untuk mengoptimalkan produktivitas diri.
Penulis artikel ini, yang lahir ketika PD II, berpengalaman 36 tahun sebagai supervisor, manajer hingga GM dan menjabat Account Director memperoleh buku “The Missing 40 percent – Filling the Gap between Ordinary and Superior Individual & Organizational Productivity” karya dari Gde Suardhika, terbitan Januari 2019; tergelitik untuk menyimak relevansinya bagi generasi milineal.
Ketika membuka halaman buku ini di bagian tengah secara acak, menemukan tulisan dengan topik “Pekerjaan Penting Apa Itu?” (halaman 121). Ini rangkumannya: bahwa pekerjaan penting itu akan memberikan dampak, baik bagi organisasi, juga bagi diri pribadi. Buku ini menyebutkan bahwa dampak dalam area personal bisa terkait dengan tujuan hidup atau pemenuhan peran personal dalam kaitan dengan keluarga ataupun masyarakat. Dampak dalam organisasi, dapat dilihat dengan seberapa terkaitnya pekerjaan tersebut dengan pencapaian target.
Sebelumnya di bagian depan (halaman 10) buku ini membahas tuntas Manajemen Pengembangan Diri (MPD) lebih menekankan pada proses membentuk tujuan hidup daripada format tujuan hidup itu sendiri. Menyimak pada sifat-sifat generasi milineal yang lebih independent: Millenneals ‘considered work something to do, not somewhere to go. As long as they achieve what they need to they are not worried about being seen to do it at their desks,’(studi di USA dari Google Search “Millenneals”). Selanjutnya mari simak penemuan penelitian yang mengatakan:
In fact, the research found that younger workers were far more willing to challenge managers and were undeterred by traditional hierarchy. Walker (peneliti studi tersebut) said he was trying to help ‘Boomer’ and ‘Xer’ managers to understand the new attitude and not get frustrated by it. Much of what the workers were demanding, he said, such as work-life balance, personal development, exciting jobs and motivating managers, would be welcomed by older workers as well. But the clash of values was causing friction in offices.
Relevansi buku “The Missing 40%” bagi milenials dan juga bagi generasi X (generasi lebih tua) nyata sekali untuk menyimak lebih mendalam atas banyak acuan untuk solusi “work-life balance, and personal development”. Semakin penting bagi seorang pimpinan dan manajer senior (tentu juga bagi manajer milneal) mengerti makna pencapaian pribadi, tujuan menyelesaikan tugas dan bekerja dengan “baik” melalui acuan produktivitas diri.
Telah terbukti dengan undangan kepada penulis artikel ini untuk berdiskusi konsultasi manajemen dan pelatihan bagi suatu institusi Bank (generasi X) agar memberi jalan keluar bagaimana memimpin dan membimbing generasi Z yang bekerja di Bank itu. Selain manfaat buku ini bagi generasi X; bagi generasi milenial kiranya mendapat manfaat untuk pencapaian salah satu cara peningkatan produktivitas diri unutk kebebasan pribadi mencapai kebahagian berkarya. Semoga!
(Ludwig Suparmo; Lead Trainer di Value Consult untuk Crisis, Issue, and Risk Management; Compliance Management, Conflict Management, dan: NoStress Management)
Pernah dimuat di Kompasiana: https://www.kompasiana.com/yupiter/5cc06625a8bc15188228da83/buku-missing-40-dan-produktivitas-generasi-milenial?page=all
Leave a Reply