Edisi 89, Selasa, 5 Juli 2016
Mata saya lekat pada mobil mewah tersebut, tanpa bisa saya kendalikan, saya sudah melangkah mendekatinya. Kalau saya benar-benar memperhatikan diri saya dari pantulan kacanya, bisa jadi mulut saya lagi menganga.
Kepada orang yang tampak seperti penjualnya, saya bertanya, ia pun menjawab:
Ini mobil dengan performa luar biasa Pak. Kecepatannya tinggi. Orang yang berada di dalamnya merasa nyaman karena comfort nya. Tikungan seperti apapun bisa dilaluinya dengan baik.
Saya berkeliling mengamati setiap detailnya sebagai sebuah masterpiece. Sebagai sebuah karya luar biasa yang jauh di atas mobil mewah lain yang pernah saya lihat. Tampilan depannya, bentuk lampunya, pelg bannya…
Saya pun memasukinya, duduk di kursinya yang nyaman, merasakan kenyamanan dan bau yang datang dari sebuah mobil yang mewah.
Lebih hebat lagi mobil ini bisa membawa Anda kemanapun yang Anda inginkan.
Saya mengeluarkan kepala untuk dapat menunjukan wajah keheranan saya pada orang itu, sebelum sempat saya mengajukan pertanyaan, ia melanjutkan
Kemanapun Anda inginkan dia siap membawa Anda. Asal Anda bisa mengendalikannya dengan baik.
Saya bisa mengendalikan? Mengenalnya saja tidak. Mengetahui cara mengendalikannya pun tidak, bagaimana saya bisa membawanya? Setengah berteriak, saya bertanya, ‘memang pemiliknya tidak keberatan?’
Lho kan Anda sendiri pemiliknya.
Dan saya terdiam seribu basa.
Pernahkah Anda membayangkan bahwa Pencipta kita telah menciptaan kendaraan luar biasa yang berupa diri kita. Kemampuannya hanya dibatasi oleh kekhawatiran kita. Ketidakpercayaan diri. Ketakutan kita akan gagal. Kerendahan cita-cita kita.
Kita tidak mengenal kemampuan mobil tersebut, karena kita tidak memahaminya. Dan kita tidak bisa mengendarainya dengan baik karena kita tidak menguasai ilmu mengendarainya. Inilah ilmu produktivitas diri. Ilmu untuk memahami dan mengoptimalkan diri kita.
Saya jadi teringat ungkapan dari Dr Syahrir, ekonom kita, Indonesia itu sebetulnya mobil mewah, tapi sayangnya, pengendaranya (baca: sebagian rakyatnya) kemampuannya masih sebatas mengendarai becak, jadilah mobil tersebut penyok disana-sini. Sulit bagi saya membantah hal tersebut, kalau mengingat kekayaan yang telah diberikan Allah kepada negeri tercinta ini.
Jangan-jangan ungkapan yang sama bisa juga kita berikan pada diri kita, dengan kapasitas luar biasa, tetapi dikendarai oleh orang dengan skill yang baru bisa mengendarai sepeda?
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta