Edisi 66, Jumat, 15 April 2016
Kita bisa punya banyak pekerjaan, tetapi tetap terlihat tenang dan fokus. Sementara itu orang lain, dengan pekerjaan yang lebih sedikit terlihat sibuk dan chaotic.
Beban sedikit, kok bisa overwhelm? Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan. Pertama adalah big aspiration. Aspirasi selalu tinggi dan tidak terkendali. Perfect, tetapi pada hal yang tidak begitu penting. Setelah dia membiarkan aspirasinya tinggi, ia tidak pernah memiliki komitmen yang jelas untuk mengeksekusinya, tetapi malah sudah terlibat dengan mimpi-mimpi yang lain.
Kenapa bisa begitu? Karena ia membiarkan keinginannya bergerak ‘liar’. Aspirasi dan keinginan itu hanya dilihat sebagai sebuah proses menyenangkan diri. Senang ada harapan. Senang ada sesuatu yang menyenangkan. Setelah itu, timbul ketidakberdayaan untuk mewujudkannya, sehingga lebih baik berlari ke keinginan lain.
Dengan demikian yang terjadi disini adalah gap antara keinginan dan eksekusi. Sehingga menimbulkan kekecewaan dan ketidakpercayaan pada kemampuan diri.
Penyebab chaotic kedua di dalam mind kita adalah cepatnya fokus terkacaukan dan pikiran kita tertutupi kabut (sebagai lawan dari clear mind), karena triger kekhwatiran sedikit saja. Prioritas menjadi berantakan dan kita switch gear ke moda survival.
Tampilan luar dari dua hal itu saja adalah prioritas yang berantakan, ketidakmampuan menggiring eksekusi, susah dipegang komitmennya dan selalu terlihat sebagai orang yang sibuk nggak jelas dan stres padahal outputnya sedikit.
Overwhelm is a mind game. Dan mengatasi agar pikiran tidak mudah berkabut dan kita bisa tetap fokus bahkan dalam situasi chaotic adalah tantangan tersendiri, sebuah skill tersendiri. Tantangan yang bisa jadi merupakan salah satu inti dari kemampuan mengelola produktivitas diri kita.
G. Suardhika
Trainer dari Training Modern Time Management Jakarta