Edisi 333, 16 Februari 2021
Bila kita merasa sebuah tugas sulit, maka berusahalah membuatnya mudah. Bila kita menemukan bahwa kita kurang berminat dengan tugas tersebut, maka cobalah mencari bagian dari tugas tersebut yang diminati. Solusi tersebut terkesan masuk akal, tetapi kadang sulit dilakukan ketika kita menemukan tugas yang memang benar-benar sulit dan tidak diminati.
Menganalisis tugas dari segi kesulitan dan minat sebetulnya merupakan sebuah proses yang ada di tataran hilir. Ia lebih pas digunakan ketika kita mengalami masalah dalam menjalankan sebuah aktivitas dan mencari penyebabnya dari tataran tersebut: apakah karena tugas itu terlalu sulit sehingga kita tidak mampu, atau kita tidak minat menjalankannya atau ada faktor kontek tertentu yang menjadi penyebab.
Ada perspektif hulu dari karakteristik tugas yang bisa membuat kita melihat permasalahan secara lebih fokus, dan kita tidak perlu sering masuk dalam pembahasan di hilir, yaitu keterkaitan tugas tersebut dengan minat, kemampuan, dan lain sebagainya.
Dalam tataran produktivitas diri, seseorang digerakan oleh tingkat kepentingannya. Kalau sebuah hal, seberapapun rumitnya, seberapapun beratnya itu penting bagi kita, maka kita akan berusaha untuk menemukan cara mengatasinya. Bila itu sudah dilakukan maka kurangnya kemampuan, minat dan kemauan lebih bisa diatasi.
Seorang pengusaha bisa berhasil mengembangkan bisnisnya sampai ke level luar biasa. Seorang peneliti yang menemukan pengobatan yang diperlukan orang banyak, bisa mendapatkan eneri luar biasa untuk menyelesaikan penelitiannya. Semua lahir bukan karena mereka mendekati tugas dengan pertimbangan sulit, minat dan mau, tetapi dari pertimbangan kepentingan dan kebermaknaan. Tingkat kepentingan itu yang kemudian menjadi dasar untuk membangun self efficacy, sehingga terdapat optimisme, persistensi ataupun grit untuk bisa mengatasi berbagai hambatan.
Apa itu penting? Penting pada level individu bisa dilihat dari keterkaitannya dengan life purpose, termasuk di dalamnya tentunya, career goal. Bila seseorang menganggap sesuatu hal penting, maka ia akan meletakannya tinggi di prioritas dan dijadikan default dari aktivitasnya. Meletakan itu dalam default akan menyebabkan ia akan selalu berorientasi tindakan.
Beranjak dari area penting juga akan menimbulkan sumber enerji yang diperlukan untuk bisa menjalankan aktivitas tersebut secara konsisten. Beraktivitas dari perspektif hulu, dimana kepentingan berasal, akan membuat proses pelaksanaan dan pengambilan keputusan sehari-hari menjadi lebih sederhana.
Dengan memastikan bahwa sebuah tugas itu penting bagi kita, maka hambatan di hilir, akan lebih mudah teratasi. Karena kita tidak berangkat dari orientasi sulit-minat-mau, tetapi berangkat dari membangun self efficacy berdasarkan pentingnya tugas tersebut (hulu), dan dengan keyakinan diri yang memadai maka emosi yang muncul dari sulit-minat-mau (hilir) akan lebih mudah diatasi. Ibarat air yang mengalir deras dari hulu, maka berbagai hambatan kecil di hilir akan mudah diatasi. Sebaliknya beranjak dari hilir memunculkan keputusasaan dan kita akan mudah menyerah di tengah jalan karena kurangnya enerji ataupun self efficacy yang belum terbentuk dengan baik.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply