Edisi 278, 9 Juli 2019
Untuk mendapatkan pemahaman akan dinamika interupsi dengan baik, kita perlu menganalisis tiga faktor berikut: Aktor (siapa/apa yang menginterupsi), Pola (pola interupsi yang ada) dan Nilai (bagaimana nilai dari interupsi tersebut).
Aktor pada umumnya terkait dengan power. Ketika interupsi datang dari atasan maka dia membawa power yang tinggi. Sementara itu kalau interupsi tersebut datang dari orang tidak dikenal dan melalui telepon, maka interupsi tersebut memiliki power yang rendah. Tinggi rendahnya gangguan dari interupsi juga tergantung dari perbedaan individu dalam menanggapinya. Ada orang yang begitu sulit untuk berkata ‘tidak’ sehingga bahkan bujukan dari sales lewat telepon pun susah dia tolak. Ada juga orang yang cukup mampu mengelola dengan baik pekerjaan dan relasi dengan atasan sehingga ia bisa mengatasi tekanan power.
Di sisi lain, atasan yang baik juga tidak akan semena-mena dalam menggunakan power-nya. Ini berkaitan dengan karakter Atasan. Atasan yang ‘semena-mena’ akan selalu memaksakan agendanya dan tidak perduli dengan prioritas staf-nya. Penggunaan power berlebihan akan merusak bentuk hubungan yang ada dan membuat staf menjadi demotivasi dan apatis.
Dimensi kedua adalah pola interupsi. Ini terkait dengan seberapa sering dan seberapa menyebar (dalam hal waktu) interupsi yang ada. Semakin sering dan menyebar interupsi akan semakin sulit dikendalikan. Pendekatan taktis yang biasa ditempuh adalah membuat ‘jam praktek’ tertentu untuk menerima interupsi. Namun, dalam jangka panjang, tentu kita perlu memahami apa yang menyebabkan interupsi yang begitu intens tersebut sehingga secara bertahap dapat dibenahi.
Dimensi interupsi terakhir adalah Nilai Interupsi. Interupsi umumnya dinilai negatif karena timing-nya. Tetapi sebetulnya yang lebih penting dalam menentukan nilai adalah content bukan context- nya. Apa isi interupsi tersebut bukan kapan interupsi terjadi. Bila Anda sedang asyik-asyik nonton di bioskop lalu ada petugas yang berteriak ‘kebakaran’, tentu Anda tidak akan marah dengan petugas tersebut karena menginterupsi keasyikan Anda menonton. Nilai informasi yang diberikan memang jauh lebih penting dari nilai aktivitas yang tengah dijalankan. Secara umum, MPD menyebut interupsi dengan nilai lebih tinggi ini sebagai peluang. Peluang untuk memperbaiki prioritas aktivitas.
Dengan pemahaman ini, kita bisa lebih memperdalam dinamika antara Nilai, Power dan Pola di dalam tulisan berikut.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply