Edisi 236, 16 Oktober 2018
Apa yang bisa didapat oleh seseorang dalam ‘kehidupan organisasi-nya’? Setelah memahami sebegitu besar investasi waktu dan enerji kita untuk kerja bagaimana kita bisa memastikan pengorbanan kita itu bernilai?
Terdapat 2 trend yang dikotomis yang kita rasakan di dunia kerja. Di satu sisi, kita menemukan makin sulitnya mencari pekerjaan. Di sisi lain, kita melihat dorongan yang semakin besar bagi para pencari kerja baru, yang sering disebut millenial (mereka yang lahir pada awal 80 an sampai pertengahan 90 an) untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka, serta untuk menjalani kehidupan kerja yang semakin fleksibel.
Kalau saya bandingkan dengan 20 atau 30 tahun lalu, saat ini lulusan S1 (bahkan dari perguruan tinggi ternama pun) tampak lebih sulit untuk mencari kerja. Tidak jarang mereka berkompetisi untuk posisi yang persyaratannya sebetulnya ditujukan untuk level di bawah mereka, bisa D3 atau bahkan SLTA. Dan tidak jarang pula mereka kalah berkompetisi karena bila yang dilawan adalah lulusan sekolah kejuruan (SMK ataupun Politeknik) untuk pekerjaan yang praktis, maka skill mereka memang tidak sesuai.
Menghadapi realitas seperti itu, tidak aneh bila kemudian moda survival lah yang dipilih: pekerjaan apa pun diambil yang penting kerja dulu. Survival Moda sebagai salah satu moda kerja pernah dibahas di blog ini. Lihat https://produktivitasdiri.co.id/pengantar-moda-pendekatan-kerja/. Memulai dengan moda survival tentunya sah-sah saja, karena manusia memang perlu mendahulukan kewajiban di atas kenyamanan diri. Namun, perlu menjadi catatan juga bahwa menjalani kehidupan organisasi yang mengisi sekitar 70 persen dari waktu dan usia produktif kita dengan terus-menerus berada di moda survival tidaklah worthed.
Berada dalam moda survival biasanya menyebabkan kita menyediakan diri untuk mengorbankan berbagai gap dengan minat, kompetensi, kompensasi dan prospek karir. Yang penting baru terpenuhinya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebagai sebuah awal taktik ini tentu justify, tantangannya kemudian adalah menggesernya hingga mencapai moda produktif. Bila MPDer bisa berada di moda produktiflah baru kita bisa mengatakan kita mendapatkan return yang optimal dari pekerjaan kita, dari kehidupan organisasi kita. Karena pada saat itu berbagai gap di atas sudah tertutup. Kita sudah bekerja pada area yang sesuai dengan minat dan kompetensi kita, dan mendapatkan kompensasi yang optimal dengan prospek karir yang baik. Berbagai tulisan berikut akan membahas mengenai apa yang kita perlu lakukan untuk menutupi keempat gap tersebut.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply