Deep Work

Deep Work

Edisi 271, 28 Mei 2019

Saya membeli buku The Missing 40 Percent, terbitan Januari 2019 yang merupakan  kumpulan dari Blog yang ditulis bertahun-tahun oleh Gde Suardhika, seorang dari Bali yang telah lama tinggal dan berkarya di Jakarta. Sdr. Gde Suardhika, yang dipanggil oleh teman, kenalan dan kerabat kerja sebagai Dedet atau Pak Dedet memiliki 20 tahun pengalaman memberikan pelatihan manajemen dan berinovasi mengenai pengetahuan Manajemen Waktu (Time Management) menjadikan Manajemen Produktivitas Diri (MPD). 

Beliau menyelenggarakan MPD Event setiap tahun 2 X, di awal dan di pertengahan tahun. Dalam presentasinya setiap kali MPD di up-date menyesuaikan kebutuhan dunia industri/perusahaan menjadikan pengetahuan ilmiah praktis kekinian. Buku The Missing 40 Percent sangat menggoda, apakah yang missing…? Selain itu buku ini memberikan “bonus” risensi 13 bacaan yang berhubungan dengan Manajemen Produktivitas Diri (MPD).

Dalam membagi pengalaman profesional sahabat saya, dosen dan penulis artikel di Sosisal Media,  minggu lalu memuat, diskusi yang saya kirim ke dia oleh media digital dot com ini dimuat sebagai artikel utama di beranda Kompasiana. Com mengenai Multitasking atau Focusing? (Yang juga bermuara dari topik MPD).  Sahabat saya langsung menerima beberapa tanggapan dari berbagai Bloger, termasuk dari Bloger internasional. Ternyata topik multitasking atau focusing tetap menjadi perhatian, baik bagi eksekutif perusahaan, maupun bagi wirausahawan.

Kali ini saya ingin sharing mengenai referensi yang dituliskan pada halaman-halaman akhir buku The Missing 40 Percent, yaitu suatu topik yang juga menggoda: Deep Work. Sebenarnya sebagai manajer atau eksekutif kita sudah mengenal istilah “Hard Work”, namun apakah itu Deep Work?

Berikut ini sebagian pengertian jika dikaitkan dengan MPD, menurut Gde Suardhika yang mengacu pada  penulis buku Deep Work, Cal Newport, antara lain menulis bahwa sejak mahasiswa menulis berkelanjutan berupa Blog mengenai tips untuk sukses (calnewport.com). Cal Newport kemudian menjadi Associate Professor Georgetown University menganjurkan pentingnya bekerja sebagai yang disebutnya Deep Work; yang diartikannya sebagai keterlibatan mendalam.

Di Indonesia, saya yang pernah bekerja 36 tahun dari field supervisor, “naik jenjang” menjadi   Manager, General Manager hingga Direktur, membenarkan bahwa untuk sukses menaiki jenjang karir tidak cukup mengetahui berbagai management skills; tidak mutlak memerlukan  jenjang kesarjanaan, kecuali bagi mereka yang berkarir menekuni riset industri ataupun bertanggung jawab sebagai manager quality assurance.

Tentu saja memiliki pengetahuan kesarjanaan  akan lebih mempermudah menjalakan tugas-tugas perusahaan dengan latar belakang pengetahuan ilmiah yang diperoleh dari kampus; namun terbukti tiap kali ada saja orang Indonesia (juga di dunia internasional) tanpa gelar apapun berhasil sukses membesarkan usaha perorangan menjadi usaha sangat sukses termasuk memperdagangkan saham perusahaan di Bursa Efek. Orang biasa akan mengukur sukses itu karena “ketekunan”. Inikah yang dimaksud oleh Cal Newport sebagai Deep Work?

Lebih lanjut Gde Suardhika menulis bahwa Deep Work merupakan aktivitas profesional dengan konsentrasi yang fokus mendorong kemampuan kognitif dalam batas optimalnya. Usaha ini akan memberi nilai tambah yang baru, meningkatkan keterampilan. Penelitian Cal Newport menyebutkan bahwa sesungguhnya Carl Yung dan Bill Gates menjalakan cara kerja Deep Work ini.

Seorang manajer, eksekutif atau wirausahawan penting membangun kebiasaan Deep Work untuk mencapai prestasi optimal. Prestasi optimal itu bukan hanya sukses melaksanakan tugas dan mencapai target saja, namun juga memberikan makna dalam kehidupan dan kebahagiaan pribadi.

Ada beberapa pola Deep Work yang dapat ditempuh, dengan sengaja mengasingkan diri, semacam mencari tempat yang terpencil untuk menyendiri, seperti yang dikerjakan artis seni patung atau pelukis, juga penulis buku dengan tujuan   untuk menghasilkan karya besar, suatu master piece; ada pula yang membagi satu tahun kerja kedalam bagian suatu jadwal kerja  berkonsentrasi pada bulan-bulan yang sudah dicanangkan untuk Deep Work. Yang lebih sering dan mudah kita laksanakan adalah memusatkan produktivitas diri pada pagi hari (yang oleh ahli kesehatan dianjurkan memanfaatkan pagi hari untuk berproduksi semaksimal mungkin).

Namun ada juga yang melaksanakan di malam hari, bahkan ada yang rutinitasnya malam hari menonton TV kemudian tidur berkwalitas beberapa jam; bangun pada pukul 2 menjelang subuh, beraktivitas Deep Work hingga pukul 5 pagi, tidur kembali jam 5 hingga pukul 7 pagi, baru berangkat kerja pukul 8 pagi. Aneh kedengarannya, namun sungguh terbukti pada kolega di perusahaan farmasi Richardson Vicks Indonesia (telah diambil alih oleh Procter & Gamble), manajer marketing ketika itu seorang yang berasal dari Sumatera, baru sampai di kantor pukul 9 dan baru aktif bekerja pukul 10 menjelang siang. Kolega ini memang mendapat izin masuk kerja “agak siang”, yang dikatakan oleh atasannya orang Amerika: “He has a wrong clock in his body!” Namun, terbukti manajer yang memulai kerja pukul 10 itu sangat produktif hingga pukul 8 malam di kantor; dan kemudian hari dia mendapat tawaran menjadi Presiden Direktur di perusahaan manufaktur terkenal di Jakarta.

Beberapa Managing Director dan Manajer Senior yang penulis amati dalam kurun waktu 36 tahun bekerja di beberapa industri; sekarang mengiakan, bahwa banyak juga mereka ini terampil untuk mengubah moda kerjanya ke Deep Work (tanpa sadar mengetahuinya sebelumnya makna Deep Work itu).  Oleh Wall Street Journal disebutkan bahwa “Deep Work are the rules for focused success in a distracted world.

Setiap profesi memerlukan pengetahuan dan keterampilan Deep Work sesuai tugas dan fungsinya. Level Direksi tentu lebih banyak memerlukannya dibandingkan dengan level pekerja operasional. Melalui keterampilan Deep Work seorang manajer dan Direktur dapat menyiapkan, melaksanakan strategi dan inovasi yang diperlukan, terutama dalam tantangan industri 4.0 sekarang ini.

(Ludwig Suparmo – Lead Trainer: Crisis, Issue, and Risk Management, Compliance Management and No Stress Management)

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of
Close Menu
×

Hello!

Click one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us an email to cs@produktivitasdiri.co.id

× Butuh info?