Edisi 235, 9 Oktober 2018
Kehidupan organisasi sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia modern, paling tidak bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Sejarah organisasi sendiri sebetulnya baru berlangsung satu abad terakhir. Tetapi sebagian besar insan kota, sudah tidak mungkin menjalani kehidupan dengan baik (baca: sukses) tanpa memahami dan mengikuti ‘permainan’ organisasi.
Organisasi ada untuk tercapaian tujuan-tujuan kelompok dan masyarakat. Sayangnya tujuan yang mulia ini, pada level personal lebih sering dirasakan sebagai beban daripada sebagai sebuah kepentingan bersama. Berbagai masalah fisik dan psikis muncul karena beban kerja yang begitu berat dan stres yang berkepanjangan. Belum lagi ditambah tingginya kesulitan transportasi antara rumah dan kantor, sehingga perjalanan ke kantor itu sendiri sudah tampak sebagai sebuah perjuangan.
Saya sering memulai pelatihan saya dengan pertanyaan ini, ‘berapa persen waktu Anda, di luar waktu tidur, dipakai untuk kerja?’. Dan umumnya, top of mind peserta akan dengan mudah menemukan angka 70 persen. Jawaban intuitive ini relatif tepat, bila kita melihat hal-hal berikut ini.
Pada hari kerja, sekitar 12 jam waktu kita dipakai untuk aktivitas terkait kerja, termasuk berangkat dan pulang kantor. Pada akhir pekan, biasanya cukup banyak waktu kita juga istirahat atau tidur sehingga waktu kita untuk aktivitas non pekerjaan menjadi minim. Jadi manusia modern (perkotaan) sudah perlu menyediakan 70 persen dari waktu produktifnya untuk aktivitas terkait dengan kerja. Konsekuensi logisnya adalah kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan rekan kerja daripada dengan keluarga.
Bila kita lihat dalam perspektif waktu yang lebih panjang, pertanyaan lanjutannya menjadi ini: kita bekerja sampai usia berapa? Dan usia rata-rata manusia saat ini berapa? Kedua pertanyaan ini akan membawa kita pada kesimpulan sebegitu minim ‘sisa usia’ yang ada dan sebegitu penting arti pekerjaan dan karir bagi kehidupan manusia modern.
Rangkaian pertanyaan ini tentunya tidak ingin membawa kita pada perspektif yang pesimistis: begitu beratnya kehidupan modern saat ini, tetapi lebih kepada perspektif yang optimis: kalau memang sebegitu besar investasi waktu dan enerji kita untuk kerja, lalu apa yang optimal yang bisa kita dapatkan dari pekerjaan kita? Return seperti apa yang bisa membawa kita pada kesimpulan bahwa investasi waktu dan enerji kita di tempat kerja tidak sia-sia?
Jangan lupa kita sudah menyiapkan 70 persen dari waktu produktif pada usia produktif kita untuk kerja. Kita seringkali perlu mendahulukan kepentingan kerja daripada keluarga dengan alasan bahwa kerja itu juga dilakukan untuk kepentingan keluarga. Kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan rekan, atasan ataupun tim kita daripada dengan keluarga kita.
Dengan berbagai ‘pengorbanan’ tersebut hanya ketika terjadi interaksi yang optimal antara individu dan organisasi maka tampaknya pengorbanan itu terbayarkan. Paling tidak itulah yang diyakini oleh MPD dan itulah yang disebut sebagai win-win antara individu dan organisasi.
G. Suardhika
Trainer dari training Modern Time Management Jakarta
Leave a Reply